Oleh :

PROF. INTAN AHMAD
KEMEN RISTEK DIKTI
Sebagai KEYNOTESPEAKER
Magelang 20 September 2018

Tantangan revolusi industri dan ekonomi digital dimana ditandai dengan adanya era disrupsi, gabungan antara domain fisik, digital, dan biologi.  Pada era ini 75% pekerjaan melibatkan kemampuan sains, teknologi, teknik dan matematika, inernet of things, pembelajaran sepanjang hayat (Zimmerman, 2018).

Tantangan bagi tenaga kerja global beralih profesi, transisi tenaga kerja global terjadi pada tahun (2030) dengan konsekuensi munculnya otomasi/teknologi baru yang menyebabkan perubahan luar biasa di semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri (MicKinsey, 2017). Dimana perkembangan IPTEK yang akan dirasakan dunia menuju 2045 dan era industi 4.0, Indonesia harus turut terlibat berkontribusi menghadapi era tersebut yang bercirikan :

  1. mengalami kemajuan dan banyak permintaan di wilayah kota;
  2. akses internet berkualitas dan tejangkau;
  3. peningkatan kualitas sumber daya manusia;
  4. kualitas layanan menjadikan pilihan utama.

Kesiapan militer manusia lawan mesin dengan teknologi 4.0 dapat mengubah kemampuan militer dan pertahanan. Di era 4.0 kemampuan big data mampu memberikan informasi real time dunia nyata tentang status dan lokasi personil, peralatan, dan infrastruktur (militer).  Militer AS akan memiliki lebih banyak prajurit ROBOT di medan perang daripada prajurit manusia pada tahun 2025. Unit militer canggih ini ditujukan untuk memaksimalkan kinerja di medan perang di masa depan.

Dengan kemajuan Iptek mengakibatkan bahwa perang menjadi sangat mudah, berikut 10 implikasi revolusi industri 4.0 pada peperangan masa depan (potensi mengganggu keamanan internasional):

  1. Waging war may seem “easier” (kemudahan melancarkan perang)
  2. Speed kills (kecepatan membunuh semakin tinggi—teknologi canggih)
  3. Fear and uncertainty increase risk (ketakutan dan ketidak jelasan  mengakibatkan peningkatkan risiko dan perilaku agresif)
  4. Deterrence and pre-emption (kemampuan pencegahan dan upaya “preemtive”)
  5. The new arms race is harder to control (perlombaan senjata baru lebih sulit dikendalikan—menganggu stabilitas perjanjian kontrol senjata)
  6. A wider cast of players (potensi disalahgunakan oleh pihak yang lebih luas untuk kepentingan pribadi/golongan)
  7. The grey zone (mengancam stabilitas dengan menawarkan lebih banyak opsi dalam bentuk peperangan “hibrida”/cyberwar)
  8. Pushing the moral boundaries (mendorong batas-batas moral)
  9. Expanding domains of conflict (memperluas domain konflik—pontensi konflik seperti luar angkasa, lautan dalam, dan Arktik)
  10. What is physically possible becomes likely (teknologi apa pun pada akhirnya akan dikembangkan sebagai senjata)

 Untuk tahun 2017-2019 Kemenristek Dikti melalukan riset nasional dengan fokus sebagai berikut :

  1. kemandirian pangan.
  2. penciptaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
  3. pengembangan teknologi dan obat.
  4. pengembangan teknologi dan manajemen transportasi.
  5. teknologi informasi dan komunikasi.
  6. pengembangan teknologi pertahanan dan keamanan
  7. material maju
  8. kemaritiman.
  9. manajemen penanggulangan bencana.
  10. sosial humaniora, seni budaya, pendidikan.

Penyiapan pertahanan negara dapat melalui berbagai cara diantaranya melalui pendidikan tinggi. Inovasi perguruan tinggi di industri 2016-2017 perlu adanya literasi baru yang tadinya hanya cukup membaca, menulis, dan matematila sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat, tetapi perlu literasi baru berupa :

  1. Literasi data.
  2. Literasi teknologi
  3. Literasi manusia
  4. Ditambah dengan pembelajaran sepanjang hayat agar tetap relevan dan kompetitif.